TRANSMEDIARIAU.COM, Impor jagung hanya akan menyakiti hati petani yang tengah merayakan panen raya. Demikian dikatakan oleh Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Agung Hendriadi di Jawa Timur, Jumat (12/10). "Saya sangat prihatin jika ada ide untuk melakukan impor jagung. Kasihan petani yang sedang melakukan panen dengan harga menguntungkan,” kata Agung. Kata Agung, saat ini produksi jagung cukup banyak. Khusus untuk area Jawa Timur khususnya di Kabupaten Tuban dan Kabupaten Jombang dalam kurun waktu dua hari saja mampu memanen hingga 5 ribu dan 8 ribu hektar jagung. Dengan kondisi seperti ini, Agung menilai pelaku usaha mestinya menghargai jerih payah petani dan tidak perlu khawatir akan jumlah stok jagung apalagi sampai harus impor. "Melihat kondisi ini, para pelaku usaha mestinya tidak perlu khawatir kekurangan pasokan jagung, apalagi mau melakukan impor," tegas Agung. Untuk membuktikan, hal tersebut, Agung yang didampingi Kepala Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan, Riwantoro mengunjungi pedagang pengepul jagung bernama Bapak Oni yang tinggal tidak jauh dari lokasi panen. Dari keterangan Oni, diketahui bila saat ini pengepul tetap mampu melakukan pembelian jagung ke petani dan menjual ke pabrik pakan berkisar 15 hingga 40 ton per hari. “Selama ini tidak ada masalah ketersediaan dan pasokan jagung ke pabrik pakan lancar-lancar saja,” terang Oni. Untuk diketahui, Kabupaten Lamongan merupakan salah satu sentra produksi jagung di Jawa Timur. Capaian produksi daerah ini selama tiga tahun terakhir juga meningkat, dimana tahun 2016 produksi jagung mencapai 370 ribu ton dengan provitas 6 ton per hektar. Sementara di tahun 2017 meningkat jadi 571 ribu ton dengan provitas 8,3 ton per hektar. Selanjutnya di tahun 2018 produksi mencapai 928 ribu ton dengan rata-rata provitas 9 ton per hektar. Dari pantauan panen jagung di Desa Kakat Penjalin juga diketahui bahwa produksi jagung dilakukan diatas lahan seluas 120 hektar dengan provitas 10,6 ton per hektar. Wilayah ini memang memiliki tingkat produksi tinggi diatas rata-rata kabupaten lain di jawa Timur. “Saat ini, meski musim kemarau, perkiraan panen jagung di Kabupaten Lamongan pada bulan Oktober 2018 sekitar 7 ribu hektar,” jelas Agung lagi. Tak hanya itu, lanjut Agung, meski panen raya tengah berlangsung namun harga jagung juga masih cenderung tinggi, dimana harga jagung Rp 3.700 hingga Rp 3.800 per kilogram atau mencapai Rp 4.600 hingga Rp 4.700 per kilogram untuk jagung pipilam basah. Dengan kata lain, harga tersebuy masih di atas harga acuan yang ditetapkan pemerintah, yakni Rp 3.150 per kilogram. "Dengan produksi jagung yang terus meningkat setiap tahunnya, saya tidak setuju adanya impor jagung,” tegasnya. Dalam kesempatan yang sama, Bupati Lamongan, Fideli mengatakan keberadaan impor jagung sangat menyakiti hati petani. Padahal saat ini petani tengah menikmati panen raya karena mampu menghasilkan kualitas jagung yang baik dengan harga yang tinggi. "Adanya impor jagung dapat mengakibatkan kesejahteraan petani turun," tambahnya tegas. Agar petani tetap semangat, Fideli berharap pemerintah pusat dapat memberi dukungan dengan cara menghentikan impor. Selain itu Ia juga meminta dukungan baik dalam bentuk bantuan benih, pupuk, alsintan dan sarana lainnya untuk mewujudkan pertanian modern di Kabupaten Lamongan. "Selain itu juga agar terjadi peningkatan modernisasi tanam yang saat ini sekitar 60 persen bisa menjadi 80 persen pada tahun 2019," pungkasnya.*** Sumber: rmol.co