TRANSMEDIARIAU.COM, Gas elpiji 3 kilogram yang disubsidi oleh pemerintah untuk masyarakat miskin, kembali menghilang dari peredaran. Kalau pun ada ditingkat pengecer, harga gas sudah mahal dan mencekik leher.Demikian dikeluhkan, Januar (35), warga Kelurahan Pematang Reba, Kecamatan Rengat Barat, Inhu kepada GoRiau.com, Rabu (31/10/2018). Dirinya menduga, hilangnya gas tabung melon itu tentu tidak terlepas dari permainan dan penyelewengan yang dilakukan pihak pangkalan. Sebab, setiap kali gas masuk di pangkalan, pengelola sebahagian besar menjual gas pada para pengecer. Sehingga warga yang datang terlambat tidak lagi dapat membeli kebutuhan dapur tersebut. Dari puluhan pangakalan gas elpiji yang ada di Kelurahan Pematang Reba, lebih dari 50 persen pengusaha pangkalan yang lebih mementingkan pengecer dari pada masyarakat dalam menjual elpiji, karena harga jual yang mereka tetapkan kepada pengecer lebih tinggi dari harga sebenarnya atau harga eceran tertinggi (HET). "Dengan demikian, sebagai masyarakat saya meminta pihak dinas terkait untuk tidak beroangku tangan dalam melakukan pengawasan, serta menindak tegas para pengusaha pangkalan elpiji nakal tersebut", pungkas pemilik warung nasi ampera itu. Hal senada juga disampaikan Usman (33). Dirinya mengaku kesulitan dalam membeli gas 3 kg itu. Ketika dicari di pangkalan, belum sampai satu jam, gas sudah sudah langsung raib."Tidak hanya di pangkalan, di warung pengecer gas juga selalu kosong, kalau pun ada harnya berpariasi, bahkan mencapai Rp30 ribu", ketus Usman. Oleh karena itu, sebagai warga dirinya berharap kondisi ini tidak berlangsung lama dan dapat teratasi. Karena, gas elpiji ini sudah menjadi salah satu kebutuhan pokok masyarakat, tegasnya. *** Sumber: goriau.com