TRANSMEDIARIAU.COM, Kepala BPS Riau, Aden Gultom, Selasa (13/11/18) menyebutkan jumlah angkatan kerja di Provinsi Riau pada Agustus 2018 sebanyak 3,11 juta orang, naik 0,14 juta orang dibanding Agustus 2017. Komponen pembentuk angkatan kerja adalah penduduk yang bekerja dan pengangguran.
Pada Agustus 2018, sebanyak 2,92 juta orang penduduk bekerja. Sedangkan sebanyak 0,19 juta orang menganggur. "Dibanding setahun yang lalu, jumlah penduduk bekerja bertambah 135 ribu orang begitu juga dengan pengangguran bertambah sebanyak 8,24 ribu ribu orang," terangnya. Sejalan dengan naiknya jumlah angkatan kerja, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Provinsi Riau juga meningkat. TPAK pada Agustus 2018 tercatat sebesar 65,23 persen, meningkat 1,23 poin dibanding setahun yang lalu. "Kenaikan TPAK memberikan indikasi adanya kenaikan potensi ekonomi dari sisi pasokan (supply) tenaga kerja. Berdasarkan jenis kelamin, terdapat perbedaan TPAK antara laki-laki dan perempuan," katanya. Pada Agustus 2018, TPAK laki-laki sebesar 83,77 persen sedangkan TPAK perempuan hanya sebesar 45,66 persen. Dibandingkan dengan kondisi setahun yang lalu, TPAK laki-laki dan perempuan masing-masing meningkat sebesar 0,32 poin dan 2,2 poin. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurutnya adalah indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat penawaran tenaga kerja yang tidak digunakan atau tidak terserap oleh pasar kerja. TPT di Provinsi Riau pada Agustus 2017 sebesar 6,22 persen turun menjadi 6,20 persen pada Agustus 2018. Dilihat dari daerah tempat tinggalnya, TPT di perkotaan tercatat lebih tinggi dibanding di perdesaan. Pada Agustus 2018, TPT di wilayah perkotaan sebesar 8,87 persen, sedangkan TPT di perdesaan hanya sebesar 4,41 persen. Dibandingkan setahun yang lalu, TPT di perkotaan mengalami penurunan sebesar 0,38 poin. Sedangkan TPT perdesaan meningkat sebesar 0,21 poin. Dilihat dari tingkat pendidikan pada Agustus 2018, TPT untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) masih mendominasi di antara tingkat pendidikan lain yaitu sebesar 10,66 persen. TPT tertinggi berikutnya terdapat pada Sekolah Menengah Atas (SMA) sebesar 9,44 persen. Dengan kata lain, ada penawaran tenaga kerja yang tidak terserap terutama pada tingkat pendidikan SMK dan SMA. "Mereka yang berpendidikan rendah cenderung mau menerima pekerjaan apa saja, dapat dilihat dari TPT SD ke Bawah paling kecil di antara semua tingkat pendidikan yaitu sebesar 2,97 persen. Dibandingkan kondisi setahun yang lalu, peningkatan TPT hanya terjadi pada tingkat pendidikan Universitas, sedangkan TPT pada tingkat pendidikan lainnya menurun," pungkasnya.*** Sumber: riauterkini.com