TRANSMEDIARIAU.COM - Harga minyak menguat pada perdagangan Selasa (34/9/2024) tersengat stimulus moneter dari China. Stimulus ini berdampak karena karena China sebagai negara pengimpor minyak terbesar di dunia. Selain itu, ada kekhawatiran peningkatan konflik di Timur Tengah, sehingga memengaruhi pasokan minyak di daerah tersebut.
Mengutip Reuters, Rabu (25/9/2024), Harga minyak mentah berjangka Brent menguat US$ 1,27 atau 1,7% menjadi US$ 75,17 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS melesat US$ 1,19 (1,7%) menjadi US$ 71,56 per barel dan penutupan tertinggi untuk Brent sejak 2 September 2024.
Direktur Analisis Pasar Global Rystad Energy Claudio Galimberti mengatakan, pengumuman stimulus moneter China menjadi yang terbesar sejak pandemi Covid-19.
"Tak hanya stimulus China yang mendorong harga minyak naik, tetapi juga ketegangan politik di Timur tengah yang mengubah sentimen bearish yang mendominasi pasar minyak selama tiga minggu terakhir," ucap dia.
Bank sentral China meluncurkan stimulus terbesar sejak pandemi Covid-19 untuk menarik ekonomi keluar dari deflasi dan mendekati target pertumbuhan pemerintah. Namun, para analis memperingatkan bahwa dukungan fiskal tambahan masih diperlukan untuk mencapai target ini.
Sementara itu, OPEC meningkatkan perkiraan permintaan minyak global untuk jangka menengah dan panjang dalam laporan tahunannya. Pertumbuhan ini dipimpin oleh negara-negara seperti India, Afrika, dan Timur Tengah, serta transisi yang lebih lambat menuju kendaraan listrik dan bahan bakar bersih.
Selain itu, pasar minyak alami penurunan setelah badai tropis Helene yang mengancam Pantai Teluk Amerika Serikat (AS) akhir pekan ini.
Kemungkinan besar badai akan melewati mayoritas wilayah produksi minyak dan gas alam lepas pantai, dan menghantam Florida. Wilayah ini menyumbang 15% produksi minyak dan 2% produksi gas alam di AS.
Beberapa perusahaan energi telah menghentikan sebagian produksi meskipun badai tropis Helene diperkirakan akan melewati sebagian besar wilayah produksi di Teluk Meksiko bagian barat dan tengah. Badai tropis ini diperkirakan akan mencapai Florida Panhandle sebagai badai besar pada Kamis malam.
Namun, beberapa perusahaan, seperti Shell, mulai memulihkan produksi minyak karena prakiraan badai berubah menjauh dari platform lepas pantai mereka.