Ilustrasi
TRANSMEDIARIAU.COM - Kasus bunuh diri di Indonesia setiap tahun terus mengalami peningkatan.
Komunitas pencegahan bunuh diri, Into The Light Indonesia mencatat sepanjang 2024 saja sudah dilaporkan 826 kasus bunuh diri. Jumlah kasus yang tercatat bahkan diyakini jauh lebih sedikit dibandingkan total insiden sebenarnya di masyarakat.
"Setahun ini dari data yang kita temui itu 826 kasus bunuh diri. Tapi ingat kasus bunuh diri itu seperti fenomena gunung es, apa yang terlihat lebih sedikit dari kenyataannya," kata Konselor Satgas Pencegahan Primer Into The Light, Rizky Iskandar Sopian, SPsi, saat ditemui di kawasan Kota Tua, Taman Sari, Jakarta Barat, Kamis (14/11/2024).
Rizky menyebut 'gap' data terlapor dengan kasus riil di lapangan relatif tinggi, bahkan mencapai sekitar 300 persen. Hal ini disebutnya berkaitan dengan masih banyaknya stigma negatif pada keluarga korban bunuh diri.
"Dan tingkat under reporting (tidak terlaporkan) kasus bunuh diri di Indonesia itu ada 300 persen. Karena ada stigma, takut keluarga yang ditinggalkan karena bunuh diri dicap sebagai keluarga yang gagal menyelamatkan anaknya mereka, ayahnya, ibunya," sambung dia.
Usia Terbanyak
Kasus bunuh diri pada masyarakat Indonesia disebutnya banyak terjadi pada usia pelajar. Ada beragam faktor yang melatarbelakangi, termasuk menjadi korban perundungan atau bullying.
"Dari tahun ke tahun itu ada peningkatan. Apalagi dalam satu bulan ini ada 3-4 kasus bunuh diri dan didominasi oleh anak-anak muda di bawah 15 tahun. Dari anak SMP ada pikiran bunuh diri karena beban akademik kita sendiri kan sekarang sangat tinggi apalagi isu bullying," lanjut dia.
Rizky berpesan, sebagai orang terdekat ada beberapa hal yang bisa dilakukan seseorang saat melihat keinginan bunuh diri. Pertama, mencoba menjadi pendengar yang baik. Pasalnya, kebanyakan orang berpikir untuk bunuh diri saat permasalahan yang dipendam tidak bisa tersalurkan dengan baik.