LAMR Inhil : Pulang ke Rumah Adat?

Rabu, 26 November 2025

BUALBUAL.com - Hari ini,  Rabu (26/11) ,Rumah Adat Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) Kabupaten Indragiri Hilir melakukan prosesi adat untuk mengukuhkan Datuk Muammar Qaddafi sebagai Ketua Majelis Kerapatan Adat (MKA) dan Datuk Asmadi sebagai Ketua Dewan Pengurus Harian (DPH).  

Banyak harapan di letakkan ke pundak beliau berdua.  Lenggak-lengkok rentakan lembaga, petuah adat,  tempat bermusyawarah tentang berbagai hal yang terjadi di kawasan Indragiri Hilir.  

Karena sejak awal dibentuk bukan sekadar sebagai simbol budaya, apalagi ruang transaksi kepentingan politik jangka pendek. Ia lahir dari kesadaran kolektif masyarakat Melayu bahwa adat, nilai, dan marwah mesti dijaga melalui sebuah institusi yang dihormati dan lebih penting, dipercaya. Karena itu, menengok kembali tujuan berdirinya LAMR adalah langkah mendesak di tengah dinamika sosial, politik, dan ekonomi yang semakin kompleks di Inhil.

LAMR dirancang sebagai payung besar yang menaungi adat, budaya, dan kepentingan masyarakat Melayu. Pada esensinya, ia berdiri untuk menjadi penimbang, bukan pemain; menjadi penuntun moral, bukan penentu arah politik. Namun dalam beberapa tahun terakhir, ada kegelisahan di kalangan masyarakat bahwa sebagian fungsi itu mulai bergeser. 

Lembaga adat yang seharusnya menjadi rumah bersama, tak jarang terseret arus tarik-menarik kepentingan yang tidak sejalan dengan amanah pendiriannya.

Masyarakat Melayu Inhil memahami bahwa adat tidak boleh dipolitisasi. Kearifan lokal menuntun agar pemimpin adat berdiri di atas semua golongan, menawarkan keteduhan, bukan memantik polarisasi. Justru ketika LAMR menjaga jarak dari kontestasi kepentingan praktis, marwahnya semakin menguat.

Sebagai anak jati Melayu, penulis menggugah kita semua untuk memastikan kembali bahwa LAMR Inhil benar-benar berada pada posisi yang tepat.  LAMR Inhil memiliki tugas besar memastikan identitas Melayu tetap menjadi fondasi yang kokoh bagi kehidupan masyarakat. Dengan perubahan zaman dan derasnya arus modernisasi, lembaga adat tidak lagi cukup hanya menjadi penjaga simbol. Ia harus adaptif—menghidupkan nilai adat dalam konteks hari ini, bukan sekadar mengulang romantisme masa lalu.

Pada tulisan ini,  kami titip beberapa pokok pikiran  untuk direnungi:

1.    LAMR harus memastikan seni, tradisi, bahasa, dan sejarah Melayu Inhil terus hidup, dipelajari, dan diwariskan kepada generasi muda. Kebudayaan tidak boleh hanya hadir ketika ada seremonial.

2.    Menjadi Penengah Sosial. Dalam konflik masyarakat, sengketa tanah, atau dinamika hubungan antara warga dan investasi, LAMR harus menjadi penyejuk. Penengah yang dihormati karena kebijaksanaannya, bukan karena kedekatannya dengan kekuasaan. 

3.    Menguatkan Identitas Melayu dalam Pembangunan. Pembangunan daerah tidak boleh meminggirkan karakter lokal. LAMR dapat memberi pertimbangan moral dan kultural kepada pemerintah kabupaten agar setiap kebijakan tetap berpihak kepada kepentingan masyarakat adat.

Kini semuanya dikembalikan kepada Datuk Muammar Qaddafi dan Datuk Asmadi sebagai nakhoda kapal adat.  LAMR yang kuat adalah LAMR yang dipercaya. Dan kepercayaan hanya lahir dari independensi, konsistensi, dan keberpihakan kepada masyarakat, bukan kelompok tertentu. Pemuka adat, ninik mamak, dan pengurus lembaga harus menegaskan kembali bahwa mereka adalah penjaga nilai, bukan perpanjangan tangan kekuatan mana pun.
Ke depan, LAMR Inhil perlu menata ulang prioritasnya: memperkuat kapasitas internal, menyatukan kembali struktur adat yang kadang terbelah oleh kepentingan eksternal, dan menghidupkan kembali program-program nyata yang menyentuh kehidupan masyarakat.

LAMR Inhil adalah rumah besar bagi orang Melayu. Jika rumah itu mulai retak, maka yang pertama harus dilakukan adalah kembali ke pondasi tujuan awal pendiriannya. Mengembalikan LAMR sebagai institusi yang teduh, bermarwah, dan dihormati bukan hanya keinginan masyarakat, tetapi kebutuhan zaman.

Ketika adat ditegakkan, marwah dijunjung, dan kepentingan masyarakat menjadi prioritas, LAMR Inhil akan kembali menjadi cahaya penuntun bagi seluruh anak negeri di Indragiri Hilir.

Oleh : Kartika Roni
(Anak Jati Melayu Indragiri)